Kamis, 25 Agustus 2011

Tragedi Karbala

Mungkin kita sering memperingati tanggal 10 muharam sebagai hari Asyura, tapi apakah pernah terpikirkan oleh kita mengapa kita harus memperingati 10 muharam?? Bulu kudukku berdiri, mataku berair, hatiku hancur, jantungku berdegup kencang bahkan tangan dan seluruh tubuhku gematar. JIka banyak orang tahu tentang hari itu, mungkin mereka akan mengalami hal yang sama denganku.

Siapa yang menyangka jika hari itu keluarga Nabi harus dibantai oleh para kaum Kafir. Para pria banyak yang mati syahid, para wanita harus kehilangan kebanggaan mereka. Para anak, cucu dan sahabat nabi mati sebagai syuhada di hari itu. Banyak suami-suami birjihad di jalan Allah dan banyak wanita yang menangis karena kehilangan jilbab mereka. Tahukah kamu bahwa hari itu ummu kaltsum meminta kepada musuh Allah untuk tidak meletakkan kepala para wanita yang dipenggal itu tanpa penutup kepala dan mereka mau memindahkan kepala-kepala tanpa hijab itu untuk dipindahkan ke tempat yang tersembunyi sehingga mereka tidak harus jadi korban tatapan bejat kaum kafir itu. Tapi sayang permintaan tidak di kabulkan oleh musuh Allah. Seandainya kaum wanita di zaman sekarang tahu bagaimana para istri-istri syuhada itu berjuang mempertahankan kehormatan mereka dengan tetap melindungi jilbab di kepala mereka walaupun harus berpisah dari tubuh mereka, mungkin kaum wanta sekarang akan lebih menghargai untuk melindungi diri mereka dengan jilbab.

Berulang kali kuucapkan istigfar, agar hati ini tidak diperdaya oleh syaitan. Pikiran menerawang ke peristiwa itu, apakah masih ada yang tersisa dari kebiadaban itu. Subhanallah,,, Walhamdulillah,,,Wa allahu akbar... Ditengah kebengisan itu, Allah masih melindungi seorang pemuda yang memiliki kesabaran dan ketabahan luar biasa.Tahukah kamu siapa dia...? Imam Ali Zainal Abidin Bin Husain Bin Ali Bin Abi Thalib Putra Imam Husain Bin Ali Bin Abi Thalib cucu dari Ali Bin Abi Thali cicit dari Rasullah SAW.

Imam Ali Zainal Abidin adalah pemuda pemilik kesabaran dan ketabahan tiada tara. Di Karbala, beliau juga harus menanggung derita akibat sakit bahkan beliau harus menyaksikan pembantaian yang mengerikan atas ayah beliau, adik-adik, sanak saudara dan sahabat-sahabat beliau. Beliau menyaksikan pula tepat di hadapan beliau, perkemahan beliau diporak-porandakan dan dibakar tanpa sisa. Andaikan orang lain yang mengalaminya, satu saja dari rangkaian musibah tragedy mengerikan ini pasti sudah luluh-lantak hati dan jiwanya. Tapi beliau adalah Imam Ali Zainal Abidin bin Hasan. Segala tragedi dan petaka yang dialami beliau tak mampu menggoyahkan dan menghancurkan keimanan beliau. Beliaulah Imam yang penuh kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi tragedi paling mengerikan sepanjang sejarah umat manusia, sejarah Islam khususnya.

Apakah setelah itu penderitaannya berakhir....? TIDAK, Sungguh Allah mencintai keluarga Nabi karena cintaNyalah maka Allah memberikan cobaan ini kepada beliau.

Hatiku tak kuat lagi menahan duka ini, tanganku tak lagi mampu mengikuti pikiranku yang tak mampu lagi melukiskan penderitaan yang di alami oleh keluarga Rasulullah. Kata - kata tak mampu kuurai, hanya mataku yang terus kebanjiran. dan tangan ini semakin gematar. Dan bibirku, entah sudah berapa banyak zikir yang kutasbihkan...

Mungkin tulisanku tidak mampu menggugah sanubarimu, tapi setidaknya aku telah belajar untuk lebih mencintai keluarga Rasulullah SAW.Dan carilah cintai dengan jalan yang diridhai oleh Allah SWT.

sebelum berakhir kuselipkan kalimat-kalimat yang Imam Ali Zainal Abidin suarakan ketika sampai di Madinah setelah beliau dibebaskan oleh Kaum Laknatullah...

Hai umat! Allah yang Mahakuasa telah menguji kami dengan
Cobaan dan serangan bertubi-tubi dari musuh-musuh biadab.
Syukur kepada Allah sehingga kami berhasil melewati ujian
tersebut. Hai masyarakat Madinah! Abu Abdillah al-Husain
telah syahid. Kaum wanita, istri-istri dan putri-putri Husain
harus menanggung beban derita sebagai tawanan perang
yang dibelenggu dengan tali. Kepala para syuhada kami
ditancapkan di ujung-ujung tombak dan kami digiring dan
diarak dari kota ke kota hingga berbagai belahan negeri.
Hai umat! Kami dipaksa meninggalkan kota kami dan
Kami diarak dari kota ke kota, melewati setiap pemukiman
Di sana, selayak para tawanan Afganistan dan Turki. Apa
Kesalahan kami ? Demi Allah! Aku tak pernah menyaksikan
Kekejaman semacam ini dari para pendahuluku atau pun
Menyaksikannya sendiri.
Kami telah menanggung tragedi dahsyat ini. Tragedi yang
Tak pernah dirasakan oleh siapa pun sebelumnya di dunia
Ini. Atas semua ini, kami hanya ingin dibalas oleh Tuhan
Yang Maha Pengasih dan kami menyerahkan pengadilan
Atas ini kepada-Nya. Karena Dia-lah Yang Mahaagung dan
Mahatinggi, dan Allah Mahakuasa dan Maha Membalas.

Ya Allah,,,
Sholawat dan Salam kami haturkan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga beliau, kepada sahabat-sahabat beliau dan Insya Allah curahan rahmat itu bisa sampai kepada kami yang terus Istiqomah untuk menjalankan ajaran-ajaran beliau...Amiin Yaa Rabbal'alamin

Dan diakhir tulisan ini, marilah sama-sama kita bersholawat kepada Nabi...

Yaa Nabi salaam alaika, Yaa Rasul salaam alaika
Yaa Nabi salaam alaika, Sholawatullah alaika

Senin, 15 Agustus 2011

Cara Mencintai Allah SWT


Bismillahirrahmanirrahim.

Kata cinta bisa diartikan berbeda-beda, tergantung kepada ‘sang’ objek cinta. Defenisi cinta secara umum ialah suatu bentuk perwujudan kasih sayang yang tulus kepada sesuatu hal. Sifat alami cinta ialah selalu cenderung menyenangi apa yang dicintai. Cinta selalu ingin memiliki dan tidak ingin terpisah. Cinta selalu dihayati dan diliputi rasa ikhlas mencintai. Cinta memendam rasa rindu yang sangat dalam. Cinta bisa menjadikan budak menjadi raja, dan raja menjadi budak. Cinta memiliki gejala-gejala yang terkadang mudah dan terkadang sulit dideteksi!

Devenisi cinta tersebut dapat diaplikasikan kepada semua ‘jenis’ cinta. Misalnya cinta kita kepada lawan jenis, cinta kepada orang tua, cinta kepada saudara/teman, dan yang paling utama ialah cinta kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Itulah cinta yang suci dan hakiki.

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (QS. Al Baqarah [2]: 165)


”Katakanlah jika kamu benar mencintai Allah, niscaya Allah akan mencintai dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah ta’atilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling sesungguhnya Allah tidak mencintai orang kafir.” (QS. Ali Imran [3]: 31-32)

Anas bin Malik meriwayatkan sebuah hadits;


”Seorang lelaki yang berasal dari pedalaman bertanya kepada Rasulullah. Bilakah berlaku kiamat? Rasulullah bersabda: ‘Apakah persediaan kamu untuk menghadapinya?’ Lelaki itu menjawab: ‘Cinta kepada Allah dan Rasul-nya.’ Rasulullah SAW menjawab: ‘kamu akan tetap bersama orang-orang yang kamu cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dapat kita ambil suatu ibrah bahwa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan cinta yang kekal dan suci, serta berorientasi pada kehidupan yang sebenarnya yaitu kampung akhirat! Dan orang yang saling mencintai karena Allah pun akan tetap bercinta hingga kehidupan yang kekal tesebut.

Timbul pertanyaan dalam hati kita. Apakah cinta kita kepada Allah sama dengan cinta kita kepada manusia? Lalu, bagaimana cara mencintai Allah?

Bila kita mencintai makhluk/manusia, misalnya orang tua, seorang teman, bahkan hewan, maka secara langsung cinta kita tersebut akan segera direnspons secara baik. Hal ini bisa mereka diwujudkan dengan sifat-sifat meteril maupun nonmateril. Akan timbul rasa peduli dan kasih mengasihi serta saling menyayangi antara dua belah pihak. Dalam hal ini disebut ‘saling mencintai’. Begitu juga bila kita cinta kita terhadap lawan jenis (suami/istri yang sah). Bagaimana mungkin kita bisa hidup berdampingan tanpa ada landasan cinta yang begitu kuat? Kita pun terlahir karena cinta kedua orang tua kita bukan?

Bila kita sudah memahami ‘kisah-kisah percintaan’ di atas. Mari kita sedikit merenung dan berfikir. Bayangkan apa yang terjadi jika kita bisa mencintai dan dicintai oleh sesuatu yang menguasai jagat alam raya beserta segala isinya ini? Ialah Zat Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu, termasuk mengusai seluruh manusia yang kita cintai! Siapakah Dia? Dialah Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa. Yang Maha Luas Kekuasaa-Nya.

Menarik bila perhatikan lagi sebuah analogi sederhana. Sebuah kisah Cinderella. Kita ingat betapa beruntungnya Cinderella ketika berhasil dicintai oleh seorang pangeran. Cinderella sangat tulus mencintai sang Pangeran tanpa ada keinginan untuk menguasai harta dan apa yang dimiliki pangeran. Finally, Ciderella akhirnya menikah, dan tentu saja segala kenikmatan lain –harta, jabatan, kekuasaan– ia miliki dari sang Pangeran. Sekali lagi, bayangkan bila kita berhasil ‘merebut’ cinta Allah, yang Maha Pengasih dan Penyayang atas segala sesuatu? Lalu, bagaimana cara mencintai Allah? Bagaimana meraih cinta Allah?

Diantaranya yaitu;

Pelajari dan hayati sifat-sifat Allah Swt

Layaknya jika kita ingin mengenal dan memahami seseorang –-apalagi untuk dinikahi– kita mesti tahu bagaimana sifat-sifat ‘orang’ tersebut. Hal ini dikenal dengan proses taa’ruf (perkenalan). Dari proses ini, nantinya kita akan menemukan sisi positif dan negatif dari pribadi seseorang itu. Sisi positif darinya tentu akan kita terima, sedangkan sisi negatif akan kita pahami. Barulah kita bisa memahami dan berusaha mencintai si dia. Begitu juga Allah Swt, kita harus memahami semua sifat-sifat-Nya, terutama melalui Asmaulhusna. Bedanya, niscaya kita tidak akan menemukan sisi negatif dari Allah! Ialah Zat yang Maha Sempurna lagi Maha Menyayangi hamba-hambaNya. Kita tinggal memahami betapa ‘positif’-nya Allah!

Jagalah fitrah kita sebagai manusia

Semua manusia terlahir suci dan tidak ada dosa, baik yang terlahir islam maupun non-islam. Manusia diberi kekutan untuk cenderung mengingat Tuhan dan Allah telah mencurahkan kasih sayang-Nya kepada setiap anak Adam yang lahir. Allah berfirman;


”Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian atas jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’Mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (QS. Al A’raf [7]: 172)


”Kemudian, dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)-nya ruh (ciptaan)-Nya, dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, tetapi kamu sedikit sekali bersyukur .” (QS. As Sajadah [32]: 9)

Saat usia bertambah, maka segala kesibukan dunia kadang telah membuat manusia lupa akan cinta kasih-Nya. Hati yang semula bersih dan suci lama-kelamaan ternodai oleh dosa-dosa yang diperbuat. Betapa banyak kita saksikan orang-orang yang tersesat dan kehilangan Rabb-nya, sehingga senantiasa hati mereka gelisah dan gundah gulana. Hatinya selalu cenderung mengikuti jalan-jalan yang diajarkan syetan sebagai pelepasan jiwa yang kosong. Adapun mereka yang mencintai dan dicintai Allah, akan merasa tenang dan tentram menjalani kehidupan. Allah Swt berfirman:


”Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah . Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’d [13]: 28)


Menjaga kebersihan hati

Hati yang bersih adalah kunci segala sesuatu. Amal kebaikan berawal dari hati yang bersih dan niat yang ikhlas. Jangankan untuk dicintai Allah, melihat –-maksudnya dengan pandangan rahmat-Nya– saja Allah akan enggan kepada orang-orang yang kotor hatinya. Hendaknya kita selalu beristighfar untuk menjaga kesucian hati dari dosa-dosa.


“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad dan rupa kalian, tetapi Dia melihat kepada hati kalian (niat dan keikhlasan) ” (HR. Muslim)

Hati adalah penentu! Jika hati baik, insya Allah semuanya juga akan baik. Pada hati yang bersih, ilmu senantiasa mudah diterima. Sementara itu, ilmu merupakan bahan dasar untuk bertafakkur. Tafakur yang berkualitas berbekal dari ilmu yang cukup. Agama islam pun dipejari dengan ilmu. Sahabatku, Allah dicintai dengan ilmu!

”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang berilmu beberapa derajat.” (QS. Al Mujadilah [58]: 11)


Senantiasa taat kepada-Nya

Alam semesta diciptakan oleh hukum-Nya yang disebut sunnatullah, sehingga terwujudlah keseimbangan di jagat yang luas ini. Maha Besar Allah memelihara semuanya. Semua berjalan sesuai fungsi dan tugasnya masing-masing. Bumi mengorbit hanya melalui lintasannya. Begitu pula planet-planet dan benda-benda luar angkasa lainnya. Semuanya patuh dan tunduk kepada Allah, sehingga terwujudlah suatu keseimbangan yang kokoh dan solid. Bayangkan jika bumi membangkang sedikit saja dengan mencoba ‘sedikit’ mendekati matahari. Tentu semua manusia akan kepanasan dan kepayahan. Alangkah mudah bagi Allah untuk melakukan itu, bahkan untuk menghancurkan alam semesta ini. Kun Fayakun, maka terjadilah semuanya. Tapi, Allah Swt Maha Pengasih dan Penyayang pada makhluk-makhlukNya! Ia jaga keseimbangan alam ini sebaik-baiknya.

Sahabatku, begitu pula pada diri manusia. Allah telah menetapkan hukum-hukum untuk kebaikan dan keseimbangan pada diri manusia itu sendiri layaknya sunnatullah yang berlaku pada alam semesta. Subhanallah… Apa hukum itu? Semuanya terangkum lengkap dan rapi dalam agama ISLAM yang dibawa Nabi kita yang mulia, Muhammad SAW. Apakah sekarang kita masih ragu akan cinta Allah sehingga kita lalai menjalankan segala syari’at-Nya? Padahal semua itu untuk kebaikan kita juga? Sahabatku, marilah kita sedikit bertafakkur dan memuhasabah diri. Allah berfirman:

”Barang siapa berbuat baik, maka adalah untuk kebaikan dirnya sendiri, dan barangsiapa berbuat jahat, maka adalah untuk kecelakaan dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.” (QS. Al Jatsiah [45]: 15)

”…dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-Nya .”

(QS. Al Fussilat [41]: 46)

”Barangsiapa berbuat dosa, maka seungguhnya ia mengerjakan untuk (kemudharatannya) dirinya sendiri.” (QS. An Nisa’ [4]: 111)

Tidak cukup hanya untuk memuliakan dan menjaga keseimbangan pada diri menusia, Allah juga menjanjikan surga bagi mereka yang senantiasa ta’at dan patuh akan aturanNya. Allah berfirman:


”Barangsiapa ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan barangsiapa yang berpaling niscaya akan diazab-Nya dengan azab yang pedih.”

(QS. Al Fath [48]: 17)

Saudaraku, tahukah bagaimana wujud surga itu? Pernahkah terbesit dalam pikiran kita bagaimana surga itu? Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa surga luasnya seluas langit dan bumi serta mempunyai kelas-kelas atau tingkatan-tingkatan, tergantung penghuninya. Tahukah kita luas langit dan bumi itu? Sampai sekarang, para ilmuan belum bisa menjelaskan betapa luasnya jagat alam raya ini!

Dan bagaimana dengan ‘keadaan’ di dalam surga-surga’ itu? Dalam hadits diriwayatkan bahwa surga yang menempati tingkat paling bawah sebanding dengan sepuluh kali lipat apa yang yang dimiliki raja-raja dari kerajaan-kerajaan mereka di bumi! Kelak di hari kiamat, seorang hamba yang terakhir masuk surga akan dimasukkan ke dalam surga ‘jenis’ ini. Allah Swt bertanya; “Relakah kau memiliki apa yang dimiliki para raja di bumi? Ia menjawab; “Tentulah Tuhanku!”. Maka orang tersebut menerima ‘surganya’. Kemudian Allah Swt bertanya kembali; “Relakah engkau memiliki dua kali lipatnya?” Hamba itu mengatakan: “Tentulah Tuhanku”. Kemudian Allah melipatgandakan surga itu menjadi dua. Singkat cerita, Allah menanyakan apakah ia rela memiliki empat kali lipatnya. Hamba itu berkata; Cukuplah sudah Tuhanku! Ini cukup bagiku”. Lalu Allah dengan kasih sayang-Nya melipatgandakan surga itu menjadi sepuluh kali lipat!

Keta’atan akan membawa manusia mencapai derajat yang paling tinggi di sisi-Nya dan selalu dicintai-Nya, yaitu derajat Taqwa. Allah tidak memandang seseorang dari fisik dan rupanya, melainkan tingkat keimanan dan ketaqwaannya. Orang yang bertaqwa kelak di surga kan tinggal bersama orang-orang yang dicintai Allah lainnya seperti para Nabi dan Rasul, Sahabat, para syuhada’ dan orang shaleh lainnya. Merekalah orang-orang yang mulia.

”Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat [49]: 13)


Jalankan semua ibadah dengan kusyu’ dan ikhlas

Ridho Allah banyak terletak pada ibadah-ibadah yang kita lakukan, apapun jenis dan macam ibadah itu! Ibadah bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah serta untuk kebaikan diri kita sendiri. Betapa banyak penelitian tentang manfaat ibadah-ibadah yang kita lakukan. Misalnya menurut para pakar ahli kesehatan, shalat adalah yoga yang sangat sempurna! Setiap gerakan shalat adalah manfaat bagi tubuh dan jiwa. (Semua ini mungkin akan lebih rinci pada buku-buku yang spesifik mengkaji masalah ini-pen). Puasa yang kita lakukan ternyata baik untuk kesehatan. Misalnya untuk kesehatan sistem pencernaan, puasa untuk kecantikan (puasa memperbaiki sistem penuaan sel/metabolisme), diet sehat, dll (Semua ini mungkin akan lebih rinci pada buku-buku yang spesifik mengkaji masalah ini-pen). Demikian juga ibadah wajib dan sunnah lainnya. Masih banyak rahasia-rahasia kebaikan ibadah yang belum terungkap! Intinya semua ibadah merupakan bukti cinta Allah kepada kita. Bayangkan bila tidak ada ibadah-ibadah tersebut? Manusia akan jauh dari sistem yang berkibat fatal akan kelangsungan umat manusia! Subhanallah… Kita jadi heran, mengapa masih ada orang yang enggan beribadah bahkan membenci ibadah?! Merekalah orang-orang yang merugi dan lalai. Dalam Al Qur’an telah dijelaskan:

”Demi massa. Sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali, orang-orang yang beriman dan beramal saleh (mengerjakan kebajikan) serta saling menasehati untuk menaati kebenaran dan saling menasehati agar menetapi kesabaran. ”

(QS. Al ‘Ashr [103]: 1-3)

Berikut beberapa contoh ibadah yang dapat mengundang cinta Allah misalnya; Qiammulail (shalat tahajjud), shaum (puasa wajib dan sunnah), zikrullah, –selalu—memelihara wudhu untuk menjaga kesucian, sikap ikhlas dan istiqomah dalam kebaikan (walau itu kecil), bergaul dengan orang-orang shaleh dll.

Mengenai Qiammulail/ shalat tahajjud;

“Hendaklah kalian mengejakan qiammulail, karena qiyamulail itu kebiasaan orang-oang shaleh sebelum kalian, qiyamulali itu mendekatkan diri kepadaAllah, mencegah dari dosa, menghapus kesalahan-kesalahan, dan mengusir penyakit dari tubuh.”

(HR. Tirmizi dan Al Hakim)

Mengenai Zikrullah;

Dari Abu Hurairah Ra., dia berkata : “Rasulullah SAW pernah bersabda: dua kalimat yang ringan dalam lisan, tapi berat dalam mizan dan disukai oleh Ar Rahman adalah Subhanallahi wabihamdih (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya) dan Subhanallahl’ azhiim (Maha Suci Allah lagi Maha Agung).”

(HR. Bukhari, Tirmizi, Ibn Majah, dan Ahmad)


Mengenai bergaul dengan orang-orang kafir;

“Katakanlah taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling sesungguhnya Allah tidak mencintai orang kafir.” (QS. Ali Imran [3]: 31-32)

Baca, pelajari, renungkan, dan amalkan al Quran dan Sunnah

Khutbah terakhir Nabi Saw sebelum beliau wafat diantara menegaskan kepada umatnya agar selalu berpedoman pada dua hal yaitu Al Quran dan Hadist agar selalu berjalan di atas rel-Nya. Al Quran dan sunnah mutlak akan menuntun kita kepada kelurusan beragama dan berjalan menghantarkan kita kepada cita-cita tertinggi, yaitu mencintai Allah.

Jangan terlalu mengikuti hawa nafsu dan kesenangan dunia!

”Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat…”

(QS. Al Baqrah [2]: 212)

”Surga itu dikelilingi dengan kebencian-kebencian hawa nafsu, sedangkan neraka itu dikelilingi oleh kesenangan-kesenangan hawa nafsu.” (HR. Muslim)

Kesimpulan

Sesungguhnya jalan untuk mencintai Allah sangatlah banyak, tidak terbatas pada hal-hal di atas. Hal yang terpenting adalah bagaimana kita menempuh jalan-jalan itu dengan hati yang ikhlas karena ingin mencapai cinta Allah. Allah tidak akan sia-sia kepada hamba yag ingin mendekat ke hadiratNya. Simaklah hadits berikut;

Muslim meriwayatkan dari Abu Dzar Ra., ia berkata bahwa Nabi Saw. : “Allah Swt berfirman: ‘Barangsiapa yang mengerjakan 1 kebaikan, maka pahalanya dilipatkan 10 kalinya bahkan Aku lebihkan dari itu. Barangsiapa yang mengerjakan 1 keburukan, maka balasannya hanyalah setimpal dengannya bahkan Aku akan mengampuninya. Barangsiapa menekatkan padaKu sejengkal, niscaya Aku akan mendekat kepadaNya sehasta dan barangsiapa mendekat kepadaKu sehasta, niscaya Aku mendekat keoadanya sedepa. Barangsiapa yang datang kepadaKu dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari. Barangsiapa yang datang menghadapKu dengan memikul dosa sepenuh bumi dengan tanpa menyekutukanKusedikitpun, maka Aku akan menemuinya dengan memberikan ampunan yang sepadan dengan banyaknya dosa itu’”

Bukhori dan Muslim meriwayatkan dari Umar Ra., ia berkata: “Pernah sekumpulan tawanan dihadapkan kepada Rasulullah SAW. Ketika ada seorang tawanan wanita diantaranya, tiba-tiba wanita tadi menemukan seorang bocah kecil (anaknya yang semula lepas dari pelukannya), lalu ia menggendongnya dan disusuinya. Melihat kejadian itu, Rasulullah bersabda kepada para sahabat: ‘Bagaimana menurut kalian, mungkinkah wanita itu tega mencampakkan anaknya ke dalam kobaran api?’ Para sahabat menjawab: ‘Tidak, demi Allah. Beliau lalu bersabda: ‘Sungguh, kasih sayang Allah kepada hamba-Nya jauh lebih besar dari pada kasih sayang wanita itu kepada anaknya.’

Jadi, apakah mungkin Allah akan selalu ‘cuek’ pada seorang hamba yang selalu ingin dan berusaha mencintainya? Padahal pada dasarnya cinta kasih Allah itu sendiri telah jauh-jauh hari diberikan pada seluruh umat?! Mari belajar mencintai Allah. Walllahualam.

Kamis, 11 Agustus 2011

Cinta Berdasarkan Al Qur'an dan Hadits

Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai’an katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man ahabba syai’an fa huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga :

* lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain,
* lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain
* lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri

Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Allah SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Allah Swt, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain.

Dalam Al-Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:

1. Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.
2. Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.
3. Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.
4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.
5. Cinta ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma – norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).
6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)
7. Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi
8. Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)

Selasa, 09 Agustus 2011

Fatimah Az Zahra

Pada suatu hari di Madinah, ketika Nabi Muhammad berada di masjid sedang dikelilingi para sahabat, tiba-tiba anaknya tercinta Fatima, yang telah menikah dengan Ali--prajurit utma Islam yang terkenal--datang pada Nabi. Dia meminta dengan sangat kepada aya hnya untuk dapat meminjam seorang pelayan yang dapat membantunya dalam melaksanakan tugas pekerjaan rumah. Dengan tubuhnya yang ceking dan kesehatannya yang buruk, dia tidak dapat melaksanakan tugas menggiling jagung dan mengambil air dari sumur yang jau h letaknya, di samping juga harus merawat anak-anaknya.

Nabi tampak terharu mendengar permohonan si anak, tapi sementara itu juga Beliau menjadi agak gugup. Tetapi dengan menekan perasaan, Beliau berkata kepada sang anak dengan sinis, "Anakku tersayang, aku tak dapat meluangkan seorang pun di antara mereka ya ng terlibat dalam pengabdian 'Ashab-e Suffa. Sudah semestinya kau dapat menanggung segala hal yang berat di dunia ini, agar kau mendapat pahalanya di akhirat nanti." Anak itu mengundurkan diri dengan rasa yang amat puas karena jawaban Nabi, dan selanjutnya tidak pernah lagi mencari pelay an selama hidupnya.

Fatima Az-Zahra si cantik dilahirkan delapan tahun sebelum Hijrah di Mekkah dari Khadijah, istri Nabi yang pertama. Fatima ialah anak yang keempat, sedang yang lainnya: Zainab, Ruqaya, dan Ummi Kalsum.

Fatima dibesarkan di bawah asuhan ayahnya, guru dan dermawan yang terbesar bagi umat manusia. Tidak seperti anak-anak lainnya, Fatima mempunyai pembawaan yang tenang dan perangai yang agak melankolis. Badannya yang lemah, dan kesahatannya yang buruk men yebabkan ia terpisah dari kumpulan dan permainan anak-anak. Ajaran, bimbingan, dan aspirasi ayahnya yag agung itu membawanya menjadi wanita berbudi tinggi, ramah-tamah, simpatik, dan tahu mana yang benar.

Fatima, yang sangat mirip dengan ayahnya, baik roman muka maupun dalam hal kebiasaan yang saleh, adalah seorang anak perempuan yang paling diayang ayahnya dan sangat berbakti terhadap Nabi setelah ibunya meninggal dunia. Dengan demikian, dialan yang sang at besar jasanya mengisi kekosongan yang ditinggalkan ibunya.

Pada beberapa kesempatan Nabi Muhammad SAW menunjukkan rasa sayang yang amat besar kepada Fatima. Suatu saat Beliau berkata, "O... Fatima, Allah tidak suka orang yang membuat kau tidak senang, dan Allah akan senang orang yang kau senangi."

Juga Nabi dikabarkan telah berucap: "Fatima itu anak saya, siapa yang membuatnya sedih, berarti membuat aku juga menjadi sedih, dan siapa yang menyenangkannya, berarti menyenangkan aku juga."

Aisyah, istri Nabi tercinta pernah berkata, "Saya tidak pernah berjumpa dengan sosok probadi yang lebih besar daripada Fatima, kecuali kepribadian ayahnya."

Atas suatu pertanyaan, Aisyah menjawab, "Fatima-lah yang paling disayang oleh Nabi."

Abu Bakar dan Umar keduanya berusaha agar dapat menikah denga Fatima, tapi Nabi diam saja. Ali yang telah dibesarkan oleh Nabi sendiri, seorang laki-laki yang padanya tergabung berbagai kebajikan yang langka, bersifat kesatria dan penuh keberanian, kesal ehan, dan kecerdasan, merasa ragu-ragu mencari jalan untuk dapat meminang Fatima. Karena dirinya begitu miskin. Tetapi akhirnya ia memberanikan diri meminang Fatima, dan langsung diterima oleh Nabi. Ali menjual kwiras (pelindung dada dari kulit) milikn ya yang bagus. Kwiras ini dimenangkannya pada waktu Perang Badar. Ia menerima 400 dirham sebagai hasil penjualan, dan dengan uang itu ia mempersiapkan upacara pernikahannya. Upacara yang amat sederhana. Agaknya, maksud utama yang mendasari perayaan it u dengan kesederhanaa, ialah untuk mencontohkan kepada para Musllim dan Musllimah perlunya merayakan pernikahan tapa jor-joran dan serba pamer.

fatima hampir berumur delapan belas tahun ketika menikah dengan Ali. Sebagai mahar dari ayahnya yang terkenal itu, ia memperoleh sebuah tempat air dari kulit, sebuah kendi dari tanah, sehelai tikar, dan sebuah batu gilingan jagung.

Kepada putrinya Nabi berkata, "Anakku, aku telah menikahkanmu dengan laki laki yang kepercayaannya lebih kuat dan lebih tinggi daripada yang lainnya, dan seorang yang menonjol dalam hal moral dan kebijaksanaan."

Kehidupan perkawinan Fatima berjalan lanjcar dalam bentuknya yang sangat sederhana, gigih, dan tidak mengenal lelah. Ali bekerja keras tiap hari untuk mendapatkan nafkah, sedangkan istrinya bersikap rajin, hemat, dan berbakti. Fatima di rumah melaksanak an tugas-tugas rumah tangga; seperti menggiling jagung dan mengambil air dari sumur. Pasangan suami-istri ini terkenal saleh dan dermawan. Mereka tidak pernah membiarkan pengemis melangkah pintunya tanpa memberikan apa saja yang mereka punyai, meskipun m ereka sendiri masih lapar.

Sifat penuh perikemanusiaan dan murah hati yang terlekat pada keluarga Nabi tidak banyak tandingannya. Di dalam catatan sejarah manusia, Fatima Zahra terkenal karena kemurahan hatinya.

Pada suatu waktu, seorang dari suku bani Salim yang terkenal kampiun dalam praktek sihir datang kepada Nabi, melontarkan kata-kata makian. Tetapi Nabi menjawab dengan lemah-lembut. Ahli sihir itu begitu heran menghadapi sikap luar biasa ini, hingga ia m emeluk agama Islam. Nabi lalu bertanya: "Apakah Anda berbekal makanan?" Jawab orang itu: "Tidak." Maka, Nabi menanyai Muslimin yang hadir di situ: "Adakah orang yang mau menghadiahkan seekor unta tamu kita ini?" Mu'ad ibn Ibada menghadiahkan seekor unta. Nabi sangat berkenan hati dan melanjutkan: "Barangkali ada orang yang bisa memberikan selembar kain u ntuk penutup kepala saudara seagama Islam?" Kepala orang itu tidak memaki tutup sama sekali. Sayyidina Ali langsung melepas serbannya dan menaruh di a tas kepala orang itu. Kemudian Nabi minta kepada Salman untuk membawa orang itu ke tempat seseorang saudara seagama Islam yang dapat memberinya makan, karena dia lapar.

Salman membawa orang yang baru masuk Islam itu mengunjungi beberapa rumah, tetapi tidak seorang pun yang dapat memberinya makan, kearna waktu itu bukan waktu orang makan.

Akhirnya Salman pergi ke rumah Fatima, dan setelah mengetuk pintu, Salman memberi tahu maksud kunjungannya. Dengan air mata berlinang, putri Nabi ini mengatakan bahwa di rumahnya tidak ada makanan sejak sudah tiga hari yang lalu. Namun putri Nabi itu en ggan menolak seorang tamu, dan tuturnya: "Saya tidak dapat menolak seorang tamu yang lapar tanpa memberinya makan sampai kenyang."

Fatima lalu melepas kain kerudungnya, lalu memberikannya kepada Slaman, dengan permintaan agar Salman membawanya barang itu ke Shamoon, seorang Yahudi, untuk ditukar dengan jagung. Salman dan orang yang baru saja memeluk agama Islam itu sangat terharu. Dan orang Yahudi itu pun sangat terkesan atas kemurahan hati putri Nabi, dan ia juga memeluk agama Islam dengan menyatakan bahwa Taurat telah memberitahukan kepada golongannya tentang berita akan lahirnya sebuah keluarga yang amat berbudi luhur.

Salman balik ke rumah Fatima dengan membawa jagung. Dan dengan tangannya sendiri, Fatima menggiling jagung itu, dan membakarnya menjadi roti. Salman menyarankan agar Fatima menyisihkan beberapa buath roti intuk anak-anaknya yang kelaparan, tapi dijawab bahwa dirinya tidak berhak untuk berbuat demikian, karena ia telah memberikan kain kerudungnya uitu untuk kepentinga Allah.

Fatima dianugerahi lima orang anak, tiga putra: Hasan, Husein, dan Muhsin, dan dua putri: Zainab dan Umi Kalsum. Hasan lahir pada tahun kegia dan Husein pada tahun keempat Hijrah. Muhsin meninggal dunia waktu masih kecil.

Fatima merawat luka Nabi sepulangnya dari Perang Uhud. Fatima juga ikut bersama Nabi ketika merebut Mekkah, begitu juga ia ikut ketika Nabi melaksanakan ibadah Haji Waqad, apda akhir tahun 11 Hijrah.

Dalam perjalanan haji terakhir ini Nabi jatuh sakit. Fatima tetap mendampingi beliau di sisi tempat tidur. Ketika itu Nabi membisikkan sesuatu ke kuping Fatima yang membuat Fatima menangis, dan kemudian Nabi membisikkan sesuatu lagi yang membuat Fatima tersenyum. Setelah nabi wafat, Fatima menceritakan kejadian itu kepada Aisyah. Ayahnya membisikkan bertia kematianya, itulah yang menyebabkan Fatima menangis, tapi waktu Nabi mengatakan bahwa Fatima-lah orang pertama yang akan berkumpul dengannya di ala m baka, maka fatima menjadi bahagia.

Tidak lama setelah Nabi wafat, Fatima meninggal dunia, dalam tahun itu juga, eman bulan setelah nabi wafat. Waktu itu Fatima berumur 28 tahun dan dimakamkan oleh Ali di Jaat ul Baqih (Medina), diantar dengan dukacita masyarakat luas.
Fatima telah menjadi simbol segala yang suci dalam diri wanita, dan pada konsepsi manusa yang paling mulia. Nabi sendiri menyatakan bahwa Fatima akan menjadi "Ratu segenap wanita yang berada di Surga."